Wisata pendidikan papua

Jumat, 26 Februari 2010

ilustrasi
Sudah kekurangan tenaga Panitera Pengganti, ada kesempatan untuk menjadi Panitera Pengganti, namun sedikit pula yang mengikuti ujian penerimaan calon Panitera Pengganti tersebut, itulah gambaran penerimaan calon Panitera Pengganti di wilayah hukum PTA Jayapura tahun 2010 ini, sejak dibuka pendaftaran bulan Januari lalu, hingga pelaksanaan testing rabu, (23/2), hanya tiga orang pegawai yang mengikuti ujian.

Sedikitnya peserta yang mengikuti ujian penyaringan calon Panitera Pengganti Pengadilan Agama di wilayah PTA Jayapura tahun ini, bukan dikarenakan kurang berminatnya para pegawai Pengadilan Agama yang ada di wilayah PTA Jayapura untuk menjadi Panitera Pengganti, namun memang sumber daya manusia yang ada diwilayah PTA Jayapura terutama tenaga struktural maupun staf yang memenuhi syarat untuk mengikuti ujian penerimaan calon Panitera Pengganti sangat kurang. Apalagi sejak berlakunya undang-undang nomor 50 tahun 2009, usia pensiun Panitera Pengganti boleh dikatakan lebih lama bila dibandingkan usia pensiun tenaga struktural, hal tersebut tentunya menjadi motivasi tersendiri bagi pegawai untuk menjadi Panitera Pengganti. Sekali lagi ketersediaan SDM di Pengadilan Agama yang ada di wilayah PTA Jayapura tidak memungkinkan penerimaan calon Panitera Pengganti tahun ini sebanyak dan seramai penerimaan Panitera Pengganti di PTA lain.

More
More...

Wisata sejarah di Papua

ilustrasi
Papua adalah sebuah fenomena. Selain kondisi alamnya yang asli dengan flora dan faunanya yang memikat, juga kandungan kekayaan alamnya melimpah ruah dengan kehidupan sosial masyarakatnya yang dinamis.

Hingga hari ini, Propinsi Papua masih menyimpan sejumlah misteri. Banyak orang mengira Papua primitif atau jauh dari Islam.

Padahal, ini kekeliruan fatal. Sebab, sejarawan Barat maupun Islam menjelaskan, agama yang dibawa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam ini telah hadir di Papua tiga abad lebih dahulu dibandingkan masuknya para misionaris Kristen.

Bila secara resmi Kristen masuk Papua pada tanggal 5 Februari 1855 di pulau Mansinam, Manukwari, maka Islam sudah hadir di Papua pada tahun 1520 sebagai pengaruh dari kekuasaan empat kerajaan terkenal di kawasan Indonesia timur saat itu, yakni Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Nama empat kerajaan ini terdokumentasi dalam penyebutan Pulau Raja Ampat, yang dikenal sampai sekarang.

Uniknya, kedatangan tokoh misionaris bernama CW. Ottow dan GJ.Geissler ke pulau Mansinam justru difasilitasi oleh kerajaan Islam. Kedua misionaris itu diantar langsung oleh tokoh-tokoh Muslim empat kerajaan tersebut. Sayang, maksud baik nan bersahabat ini dibalas dengan pengkhianatan. Sesampai di Papua, tokoh-tokoh Muslim ini justru dibuang ke Maros hingga dibiarkan wafat di sana.

Kini, perkembangan komunitas Muslim di Papua kembali mencengangkan. Bila kurun paruh dasawarsa lalu (1988) jumlah umat Islam berkisar 600 ribu jiwa, kini jumlah sudah menembus angka 900 ribu jiwa. Itu berarti, bila jumlah keseluruhan penduduk Papua 2,3 juta jiwa, maka prosentasi ummat Islam mendekati angka 40 persen. Dan, sisanya (60 persen) merupakan gabungan pemeluk Kristen (Protestan), Katholik, Hindu, Budha, dan Animisme.

Ada pula catatan menggembirakan. Kalau sebelumnya masih ada semacam semacam ketidakrelaan sebagian non-Muslim tentang sejarah kehadiran Islam di sana, maka saat ini telah hadir semacam buku putih yang diterbitkan oleh Pemerintah Papua. Dalam buku tersebut --khususnya pada diktum UU nomor 21 tahun 2001 bab keagamaan-- tercantum bahwa Islam hadir di Papua pada tahun 1518.

Catatan ini tentu saja sangat melegakan kaum Muslimin Papua. Sebab, sebelumnya, buku sejarah Islam Indonesia seolah sengaja menghilangkan keberadaan kaum Muslim di Papua. Dakwah seolah terputus sampai di Makassar, Sulawesi Selatan. Paling banter sampai di Kerajaan Islam Ternate. Papua seolah ''milik orang lain''.
More...

Wisata rohani ke Kokas Papua

MENYAMBANGI KOKAS, Fakfak, Papua Barat, nuansa kehidupan Islami akan terasa begitu kental. Tak heran, karena di sini sebagian besar masyarakatnya memang memeluk agama Islam.


Sebagai salah satu pusat agama Islam di Kabupaten Fakfak maka Kokas menyimpan bukti sejarah yang mereka banggakan. Salah satu peninggalan sejarah Islam di Kokas adalah masjid tua di Kampung Patimburak.

Masyarakat setempat mengenal masjid ini sebagai Masjid Tua Patimburak. Menurut catatan sejarah, masjid ini telah berdiri lebih dari 200 tahun yang lalu, bahkan merupakan masjid tertua di Kabupaten Fakfak. Bangunan yang masih berdiri kokoh dan berfungsi hingga saat ini dibangun pada tahun 1870, seorang imam bernama Abuhari Kilian.

Aura tradisional muncul saat menyambangi lokasi masjid tua ini. Di kampung yang dihuni tak lebih dari 35 kepala keluarga tersebut anda akan mendapati kesederhanaan yang menyatu dari bangunan masjid dan kehidupan masyarakatnya.

Sekilas bangunan masjid seluas tidak lebih dari 100 meter persegi ini tampak biasa. Namun coba perhatikan lebih seksama. Masjid ini memiliki keunikan pada arsitekturnya, yaitu perpaduan bentuk masjid dan gereja. Musa Heremba, imam Masjid Patimburak mengaku bangunan masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Meski mempertahankan bentuk aslinya, namun material asli yang belum diganti adalah empat buah pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid.

Pada masa penjajahan, masjid ini bahkan pernah diterjang bom tentara Jepang. Hingga kini, kejadian tersebut menyisakan lubang bekas peluru di pilar masjid.

Menurut Musa Heremba, penyebaran Islam di Kokas tak lepas dari pengaruh Kekuasaan Sultan Tidore di wilayah Papua. Pada abad XV, Kesultanan Tidore mulai mengenal Islam. Sultan Ciliaci adalah sultan pertama yang memeluk agama Islam. Sejak itulah sedikit demi sedikit agama Islam mulai berkembang di daerah kekuasaan Kesultanan Tidore termasuk Kokas.

Di pelataran masjid, sebuah pohon mangga kokoh berdiri. Namun, bukan sembarang pohon mangga. Dari ukuran batangnya, bisa dipastikan usia pohon raksasa ini tak terpaut jauh dengan usia masjid. Syahdan, perlu empat rentang tangan orang dewasa untuk merengkuh keseluruhan batang pohon ini.

Tertarik ziarah ke masjid ini? Untuk mencapai lokasi Masjid Tua Patimburak, anda sebelumnya harus menempuh perjalanan darat dari Fakfak ke Kokas. Tersedia angkutan luar kota dari terminal kota Fakfak. Selama 2 jam anda akan menyusur jalan berkelok dan segarnya udara pegunungan. Tiba di kota Kokas, perjalanan menuju Kampung Patimburak harus dilanjutkan menggunakan longboat sewaan.

Pemandangan selama 1 jam mengendarai long boat rasanya sayang jika dilewatkan. Anda bisa menikmati keindahan pulau-pulau karang yang masih perawan di sepanjang perjalanan. (KP)

More...

 
 
 

Papua Hebat

BCFOS

Chow Kit

 
Copyright © Tourism in Papua