Sejarah Islam di Fakfak dan Tantangan Dakwah


Sejarah panjang kedatangan Islam di Fakfak, Kabupaten di Papua Barat, merupakan bagian penting dari perkembangan agama Islam di wilayah timur Indonesia. M. Syahban Garamatan, keturunan Raja Patipi yang merupakan salah satu dari sekian banyak keturunan raja yang pertama kali memeluk Islam di daerah tersebut, menegaskan bahwa kedatangan Islam ke Fakfak telah terjadi sejak zaman yang sangat lama. Hal ini dibuktikan dengan berbagai bukti sejarah yang masih ada hingga kini, di antaranya adalah mushaf Al-Qur'an dan kitab-kitab tua yang hingga saat ini dijaga dengan baik oleh Ahmad Iba, salah satu pewaris Raja Patipi.

Mushaf Al-Qur'an yang dipegang oleh keluarga Raja Patipi konon dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari Kerajaan Samudera Pasai. Kedatangan mushaf tersebut menandakan bahwa Islam sudah mulai menyebar di daerah kekuasaan Kerajaan Mes, yang berada di daerah Kokas, sekitar 50 km dari pusat Kabupaten Fakfak. Tidak hanya mushaf Al-Qur'an, namun juga keberadaan beberapa kitab-kitab tua menjadi saksi bisu bahwa Islam sudah mulai diperkenalkan dan berkembang di wilayah tersebut sejak ratusan tahun yang lalu.

Di daerah Kokas, yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Fakfak, ternyata sudah banyak penduduk yang memeluk agama Islam. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya masjid di dalam kerajaan tersebut, yang menjadi pusat ibadah bagi umat Islam di daerah tersebut. Peninggalan sejarah Islam ini mengukuhkan Fakfak sebagai salah satu daerah penting dalam sejarah perkembangan Islam di Papua Barat.

Salah satu bukti lain yang menjadi saksi sejarah kedatangan Islam di Fakfak adalah Masjid Pattimburak. Terletak sekitar 10 km sebelum Kokas, masjid ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1870 M dan memiliki arsitektur Portugis yang unik. Dengan ukuran sekitar 5 x 8 meter persegi dan beratap dua tingkat, masjid ini menyerupai bangunan gereja, yang mencerminkan pengaruh budaya Eropa pada saat itu. Masjid Pattimburak ini tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol sejarah dan identitas umat Islam di Fakfak.

Karena nilai historisnya yang sangat tinggi, Masjid Pattimburak menjadi salah satu ikon penting dalam penyelenggaraan acara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) di Kabupaten Fakfak. Masjid ini bahkan dijadikan logo resmi untuk acara MTQ, sebagai penghargaan atas peran pentingnya dalam perkembangan agama Islam di wilayah tersebut. Seiring berjalannya waktu, masjid ini terus menjadi saksi kehidupan beragama yang penuh makna bagi masyarakat Fakfak.

Namun, meskipun Islam sudah lama hadir di Fakfak, tantangan dakwah di daerah ini masih cukup besar. Menurut Warasaraka, salah seorang tokoh agama setempat, masih ada sejumlah kendala dalam proses dakwah di Fakfak. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masih banyaknya kaum Muslim di Fakfak yang belum bisa membedakan antara kegiatan yang bernilai ibadah dan kegiatan sosial. Akibatnya, bagi sebagian umat Islam di Fakfak, banyak yang masih mencampuradukkan antara ibadah dan kegiatan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ustadz Muhammad Sanusi, seorang dai asal Subang, Jawa Barat, yang saat ini bertugas di Fakfak. Menurut Sanusi, umat Islam seharusnya mengetahui batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar dalam menjalankan ibadah. Namun kenyataannya, masih banyak masyarakat yang belum memahami sepenuhnya tentang aturan-aturan dalam ibadah. Hal ini, menurut Sanusi, menjadi tantangan besar bagi para dai dan ulama di Fakfak untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ibadah dan ajaran agama Islam.

Warasaraka dan Sanusi sepakat bahwa pendidikan agama dan dakwah yang memadai sangat dibutuhkan di Fakfak. Tanpa adanya pemahaman yang jelas mengenai batasan-batasan ibadah dan sosial, bisa saja muncul kesalahan dalam pelaksanaan ibadah yang pada akhirnya bisa berpengaruh pada kehidupan umat Islam di masa depan. Sanusi menegaskan bahwa dakwah dan pendidikan agama adalah tugas penting yang harus diemban oleh para dai di Fakfak agar umat Islam di daerah ini bisa lebih memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dengan benar.

Di tengah tantangan dakwah tersebut, baik Warasaraka maupun Sanusi optimis bahwa dengan pendidikan yang lebih baik dan dakwah yang lebih intensif, masalah-masalah ibadah yang ada di Fakfak bisa diselesaikan. Mereka berdua menegaskan bahwa ini adalah tanggung jawab besar bagi para dai dan ulama di masa depan untuk memberikan penjelasan yang lebih jelas kepada umat Islam di Fakfak. Dengan pemahaman yang benar, diharapkan umat Islam di Fakfak akan semakin matang dalam menjalankan ibadah dan hidup sesuai dengan ajaran Islam.

Keberadaan masjid tua seperti Masjid Pattimburak yang menyimpan sejarah panjang agama Islam di Fakfak menjadi simbol kuat bagi umat Islam di daerah ini untuk menjaga warisan tersebut. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebagai pengingat bahwa perjuangan dalam menyebarkan Islam di Fakfak telah dimulai sejak lama. Maka, tantangan dakwah yang ada saat ini adalah bagian dari perjalanan panjang dalam memperkuat ajaran agama Islam di Fakfak, dengan tujuan agar umat Islam di daerah ini semakin baik dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sehari-hari mereka.

Sebagai generasi penerus, penting bagi masyarakat Fakfak untuk menghargai sejarah yang telah ada dan memastikan bahwa ilmu agama yang benar dapat terus berkembang. Dengan demikian, Islam akan semakin diterima dengan baik oleh masyarakat setempat dan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka di masa depan.

Dibuat oleh AI
Share on Google Plus

About newsonline

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Posting Komentar