Wisata arkeologi Papua

Kamis, 26 Februari 2009

M. Syahban Garamatan, keturunan Raja Patipi, salah anak keturunan kerajaan yang pertama kali yang memeluk Islam di kabupaten itu mengatakan, kedatangan Islam di Fakfak sudah sangat lama.


Banyak fakta yang bisa dijadikan saksi. Diantaranya adalah bukti otentik berupa keberadaan beberapa mushaf Al-Qur’an dan kitab-kitab tua. Saat ini bukti otentik itu dijaga dengan baik oleh Ahmad Iba, salah satu pewaris Raja Patipi.

Mushaf Al-Quran yang konon dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari Kerajaan Samudera Pasai itu mendarat di daerah kekuasaan Kerajaan Mes, yang berada di daerah Kokas, sekitar 50 Km dari pusat Kab Fakfak. Di tempat ini ternyata sudah banyak penduduk yang masuk Islam. Bahkan dalam kerajaan itu pun terdapat masjid.

Selain mushaf Al-Quran dan beberapa kitab-kitab tua, di Kabupaten itu juga berdiri pusat ibadah umat Islam. Di Kampung Pattimburak, sekitar 10 km sebelum Kokas, berdiri sebuah masjid tua dengan arsitektur Portugis. Masjid Pattimburak, demikian kaum Muslim menyebut, diperkirakan dibangun sekitar tahun 1870 M. Masjid beratap dua tingkat berukuran sekitar 5 x 8 m persegi dan menyerupai bangunan gereja adalah saksi kehadiran agama Islam di Kabupaten itu.

Karena nilai historisnya itulah, maka panita MTQ menjadikan Masjid Pattimburak sebaga logo resmi MTQ.

Warasaraka mengakui, ada beberapa kendala dalam berdakwah di bumi Fakfak. Diantaranya ia menyebutkan, sebagian besar kaum Muslim Fakfak belum bisa membedakan mana yang bernilai ibadah dan sosial.

“Sehingga, bagi sebagian umat Islam di Fakfak masih mensampur-adukkan ibadah,” katanya. Hal yang senada juga disampaikan oleh Ustadz Muhammad Sanusi, dai asal Subang, Jawa Barat yang bertugas di Fakfak.

“Umat Islam seharusnya tahu batasan yang tak boleh dilakukan, ,” terangnya.

Warasaraka dan Sanusi yakin, jika tak ada pendidikan dan dai yang memadai, kultur dan toleransi yang bagus yang selama ini dipegang teguh itu akan berimplikasi ke masalah-masalah ibadah di suatu hari.

Sanusi menegaskan, inilah yang seharusnya menjadi tugas berat para dai Fakfak di masa depan untuk mengkomunikasikan kepada umat. Sanusi khawatir, jika tak ada penjelasan melalui pendidikan dan dakwah, kekhawatiran nya akan terjadi.

“Ini memang menjadi tanggung jawab para dai untuk memberikan pemahaman kepada umat Islam,” tekadnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

Papua Hebat

BCFOS

Chow Kit

 
Copyright © Tourism in Papua